Selasa, 24 September 2013

Kusandarkan tubuh ini di sudut kelas
Menggores pena pada sebuah kertas

Secercah sinar dari lampu temaram
Menemaniku di kesunyian terdalam

Kusaksikan mereka tertawa
Aku mengeluh pada sahabat pena

Senyum di wajahnya mengubah suasana
Namun aku diam putus asa

Mungkin mereka bisa menumpahkan emosi
Tapi seseorang di pojok itu butuh di mengerti

Sudah lah,
Aku coba bangkit merekayasa senyum
Berbaur pada luka yang mereka buat
Mengisi hati yang tak ingin di hiasi
Dalam sepi yang menghipnotis diri

Untuk kalian para pencari kebahagiaan
Dan untuk diriku sang pelopor tujuan

Sabtu, 21 September 2013

Ini bukan tentang penyesalan
Juga bukan tentang kenaifan

Tapi seonggok rasa
Meliuk nendekap jiwa

Meracau disuasana kacau
Menjerit dalam gejolak sengit

Perlahan aku coba teorikan
Menguak kesemuan dalam sebuah angan

Belum aku jumpai pencapaian
Tapi berjuta dilema banyak ku telan

Intinya hanya sederhana
Keingin tahuan tentang arti sebuah rasa
Terbuai dalam lara sang pewaris tahta
Menangis, dengan sejuta kalimat manis
Melangkah mundur menyapu jejak
Menabur kapur ku garis di aspal

Teranyam rapih di bebatuan
Membuka kembali seberkas memori
Menyiratkan fatamorgana dengan mata berkaca
Merobohkan kembali asa yang dulu perkasa

Walau udara memaksa, untuk memejam mata
Terjaga dalam pekat yang memikat
Sedikit petikan jemari pada temali
Mencipta dentum musik di kelamnya malam

Purnama yang Senada pada akhir kata
Simbolis rasa mewakili sukma
Aku lupa dengan semua,
Semua semakin terasa sirna

Butir debu itu terbang
Perlahan dan hilang

Aku takmampu lagi mengecap hambar
Hanya sedikit terdengar samar

Jingga di ufuk pertanda senja
Tak lagi ku lihat jauh pandangnya

Memori terurai, tanpa air mata berderai
Namun aku jalani dengan seringai

Menunggu ufuk terbit dengan sinarnya
Seraya aku bangkit dengan semangatnya

Mencoret lembaran baru dan Melukis seberkas memori semu

Rabu, 04 September 2013

Seperti berdiri di persimpangan, aku punya banyak pilihan.

Tapi semua harus ku korbankan, dan satu aku jalankan

Entah kemana kaki menapaki, aku lewati dengan tertatih

Sesal tak ku hirau, hanya sedikit meracau

Banyak luka ku jelajahi, hanya terasa dalam sanubari
Berlariku dengan melayang,
Seribu roda melaju kencang

Melewati tiap kota
Menyusuri Panorama

Dalam jendela kaca nampak berbayang, Lukisan indah ciptaan tuhan
Terasa sungguh nikmat sembayang, pada sederet gerbong yang berjalan

Senja pergi petang menanti
Tak terasa sejauh ini

Tampak berganti suasana hari
Dari sinar menjadi binar

Gelap tapi gemerlap
Walau pekat sungguh memikat

Seperti dikejar hantu, kereta melaju menjangkau waktu

Tak lagi sampai kurasa
Aku turun di stasiun berikutnya

Biar petang masih membayang
Aku siap meniti langkah pulang
Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!