Selasa, 10 Juli 2018

Jadikan itu candu, sifat yang menghakimi kehidupanku
Jika lara itu yang ku cari, rela akan aku nikmati
Ceritakan aku kisah paling sendu dengan perisa yang pekat
Agar gandrung pada pesonanya segara asmara
Hingga menghanyutkan kembali pada hilir nestapa
Paradox ini tak berhenti, berlalu dan terus kembali
Bagai kutukan, aku mencintai kecintaan siapapun padaku
Anggap saja sebuah kenikmatan, aku lantang dan aku lancang
Lalu sang keadaan menyapaku, membawa pedih

Kamis, 17 Agustus 2017

Sepenggal hujan tadi, banyak menyisakan arti. bahwa diri ini sudah tak lagi suci. aku mengerti sekali betapa bodohnya diri. siapa yang kau nodai tak lagi berarti. aku sendiri di sini terdiam hampa di kotak persegi.

Aku menanti, namun siapa yang perduli? diri ini bukan lagi diri, hanya wayang tanpa dalang. Aku harus apa? apa aku tanya mengapa? lalu siapa sudi berkata. aku hanya aku yang hanya butuh maaf, bagi yang punya berjuta maaf.

Hanya soal waktu, tak ada guna jika tersedu. sedikit harapan, seiring sisakehidupan. aku masih mencari surgamu, jika jujur adalah jalanmu, bukan hal tabu jika aku mengadu.

suara manis penuh penyesalan terlintas bersama angin malam. pecah keheningan itu menyisa syahdu. aku dirayu oleh dinginya kalbu, gelap yang mengukir sunyi terasa menusuk  rusuk. jiwa ini di tengah dilema, apa dia bisa merasa?

Harapan lagi, ah lagi lagi harapan, jenuh ku palingkan wajah untuk penyair sepertimu. sudahlah pergi saja, tak cukupkah kau buat luka?

Jumat, 04 Agustus 2017

Kotak ini ganjil, coba saja buka lalu lihat sudut terasing yg tak pernah kamu pikirkan. Disana ada sebutir keinginan, kecil namun sangat rentan untuk di acuhkan. Lalu aku berikan kotaknya padamu, silahkan bungkus lalu taruh di barisan terbelakang dalam almari tua. Biar tak lagi ada yang cari, agar mati dan tetap tersembunyi hingga arloji kehilangan energi.

Jika harus sirna ya biarlah sirna, tak pernah memaksa, juga tak pernah ber asa. Karena seekor kenari takan pernah sanggup menyebrangi samudranya, bukan berarti dia berhenti dengan kicauanya. Tetap memanggil manggil nama sang pemilik lewat nyanyian, senyaring seruling angin laut, lembut selirih fajar berkabut.

Lalu bagaimana kamu? Bisakah kamu terganggu karena itu? Aku berharap demikian dan aku tetap pada penantian. Balasmu ku tunggu di ujung perempatan, ku nanti, ku nikmati, sambil hanya mengamati mereka yang sejenak berhenti untuk menyapa ku. Tidak akan pernah kugenggam tanganku, hanya menanti saat,,, kamu tak lagi mampu untuk berjalan... Dan tetaplah begitu, jangan kau hiraukan bebanku. Aku pastikan padamu kebahagiaan, tanpa perlu kaki untuk berjalan.

Minggu, 19 Oktober 2014

Ini malam ku sayang, walau kadang yg lalu tak sedingin ini.
Matamu kini terpejam, tinggal aku berbayang dirimu.
Senyum manis ituu tetap menghiasi lelap mu, dalam asiknya eurofia mimpi kurasa.

Ingin ku sandingkan mawar disamping wajah indahmu, seperti ilustrasi lagu itu.
Oh tuhan kirimkan lah aku kekasih yang baik hati, yang mencintai aku apa adanya..
Sayang, harapku esok fajar tetap bawalah hatimu dalam kegembiraan.
Karena aku mencintaimu, sayang...
Sedihmu adalah lukaku.
Tidurlah,.. selamat malam 

aku mencintaimu...

Minggu, 07 September 2014


Ku gali lagi kotak memori saat lama itu, kini berlalu hanya menjadi kisah semu berselimut bayang mu.
Mengungkap kenangan yang tak pernah terungkap pada coretan tanpa tinta di buku diary kosong.
Sulit menerjemahkan rasa, seperti tak memiliki tapi begitu takut kehilangan.
Cinta, pantaskah ku sebut dengan kata itu?
Rangkaian huruf sakral terletak antara garis kebahagiaan dan jurang penderitaan.
Namun siapa sangka jawaban dari suara lirihmu menerbitkan asa seperti fajar pada esok pagi.
Relung dalam hati yang bersorak tersipu, memfrasekan tiap bait puisi ini.
Mengamati indah yang tak terlukis, namun tergambar wujudnya pada pipi merah  mu.
Seperti laut yang terpisah tanpa pantainya, seakan rasa tak percaya dengan lanjut kalimat yang tiba tiba kau tuturkan.
Bak dihujani ribuan tanda tanya kala engkau hanya berseru dengan kalimat yang sama.
Seketika buta tak terjelaskan walau mencoba menerawang apa yang kamu sembunyikan.
Curiga menghantui rasa takut pada alasan yang tak ingin ku dengar penjelasanya darimu.

Walau hingga kini kamu tetap bungkam membiarkanku lumpuh akan keputusasaanku, aku tetap mencintai kamu.

Senin, 02 Desember 2013

Kamu yang selalu aku tulis...
Dan aku yang tak pernah kamu baca...

Salam sang penulis,
Dari catatan sebuah nama,
Yang banyak menoreh cerita,
Namun,
Sudah saatnya aku berpaling
Menepi pada jalan yang dulu ku pijaki

Aku akan kembali,...
Kembali di era itu
Seperti dulu,...
Aku dapat membisu

Dan Jangan salahkan senyumku!!!
Tapi inilah jalanku...
Dengarlah,
Dengarlah wahai wanita,...
Hari ini menjadi saksi!!!
Aku berhenti,...!!!
Dengan semua ini,
Rasa yang ku korbankan,
Sebagai saksi penyesalan!!!

Puisi hati
Cerita ini
Mengakhiri ironi,
Sekali lagi,
Dengarlah bicara hati...!!!

"Sempat aku mengerti,...
Harusnya aku lari,
Dan aku coba lupa...
Kabar itu harusnya biasa...
Tapi kenapa dengan rasa??
Terengah, Sesak, Perih!!!
Membuat asa itu tersambung kesekian kali!!!
Kenyataan yang tak mau ku relakan!!!
Semua tentang kamu...
'Kamu' di Puisi itu..."

Terimakasih

Sabtu, 23 November 2013

Aku dalam perjalananku, Ingkar terhadap janjiku...
Pantang wanita ku sebut dengan lidah ini, Tetapi kini ku gandeng erat dengan jemariku
Aku ingin kembali pada langkah dulu,
Janji yang ku ikat erat di jantungku,
Sebagai tanda ingkar pada ikrar,
 Maka silahkan cabut nafasku,!!!

Rabu, 06 November 2013

Jasmani kini di ujung belati sang raja hari, menyengat kulit, membakar akal, menabur peluh, yang penuh penyeluruh membasuh tubuh...

Sontak irama pekik kata itu mengundang ku ke pelataran rumah reot kecil yang beratap serabut...

Menjajakan segelas air dengan tetesan embun dingin untuk ku hela seraya aku sandarkan tubuh pada batang pohon...

Imajinasiku meluas berbayang tentang asa tinggi yang ku damba pada hari pagi.

Namun senjaku terlanjur sudah meraja diri, kini aku hanya pria tua dengan cangkul dan sabit untuk kujadikan nasi...

Tinggal harapan kecil pada seonggok daging kurus yang menafkahi diri di padang padi...

Terimakasih tuhan engkau masih mengasihani si renta ini...

Senin, 14 Oktober 2013

Mencoba menguak peristiwa di dalam kesemuan rasa yang tak tersurat dalam kata. Membuatku berteori tentang pesona emosi yang tak pernah ku ketahui.
Hari hari yang indah kini selesai sudah, seiring senja meredupkan sinar jingga yang teriknya mewarnai air di mata.
Kadang ku ratapi masa masa kembali, menyortir uraian pecahan kenangan yang berhamburan.
Pekatnya petang tanpa bintang mengisi ruang hampa dalam bekas rajutan lubang pada hati yang sering menyeruak sesak.
Begitu bervariasi rasa yang kau beri, sehingga aku lupa bahwa aku berdiri dalam fatamorgana
Ingin belati ku tikam ke hati, agar aku berhenti bermimpi dan bangun sebagai manusia dengan rasa yang mati.

Minggu, 13 Oktober 2013

Emansipasi atau yang biasa kita sebut kesetaraan. Dalam hal ini emansipasi wanita di artikan kesetaraan hak hak pada kaum wanita. Di zaman sebelum islam datang, wanita tidak lah di anggap manusia. Dalam artian wanita adalah mahkluk kedua setelah laki laki, yang mempunyai fungsi sebagai pemuas atau pelayan pada kaum laki laki. Pada zaman itu bayi perempuaan yang lahir di anggap tidak berguna, dan bahkan membawa aib bagi keluarga tersebut.
Makadari itu Islam datang dan membawa pengertian tentang kesetaraan. Dimana wanita meliki derajat yang sama dengan laki laki, walaupun berbeda peranan. Hak hak kaum wanita di junjung tinggi serta di hormati. Bahkan semenjak islam datang, banyak revolusioner dari para wanita wanita yang makin memperjuangkan hak hak kesetaraan mereka.
Namun di masa kini, perjuangan para pendahulu mereka seperti di sia siakan. Bahkan anak remaja masa kini menafsirkan berbeda, dan cara penafsiranya hanya memihak pada nafsu mereka. Sehingga hanya sistem hedonisme yang mereka terapkan dalam kehidupan.
Contoh remaja remaja masa kini banyak yang mengucapkan "Jika jodoh pasti kita akan ketemu lagi" dan "Jodoh gk perlu di cari, nanti juga dateng sendiri". Nah hal hal seperti ini lah yang di anggap oleh para remaja wanita menyalah artikan dan menyalah fungsikan.
Pasrah yang di anggap mereka itu tidak lah memperjuangkan nilai nilai kesetaraan hak yang mati matian dulu di perjuangkan oleh pendahulu. Karena mereka hanya mengambil sisi yang paling mudah di jalani. Padahal dalam hakikatnya kita tetap di tuntut untuk berusaha dan tak semena mena mengatakan hal semacam itu.
Dalam masa peradaban dulu para wanita sangat lah menghormati kesetaraan itu. Maka mereka juga ikut memperjuangkanya, bahkan ada yang ikut dalam medan perang, demi memperjuangkan itu semua dan membuktikan bahwa wanita bukan mahkluk yang di pandang lemah.
Namun sekali lagi ironinya wanita zaman sekarang sangatllah mengacuhkan nilai nilai kehormatan pada dirmereka sendiri, bahkan tanpa mereka sadari mereka telah membuang kelebihan mereka sendiri. Harusnya mereka lebih bisa sadar atas kedudukan mereka, bukanya membuat hal aneh yang tak patut untuk di katakan seperti itu. Prilaku prilaku ini lah yang mengakibatkan mereka akan menurunkan derajatnya sendiri yang notabenya mereka tidak sudi dipandang rendah.

Sungguh ironi, Pikirkan Renungkan Perbaiki
Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!