Rabu, 06 November 2013

Jasmani kini di ujung belati sang raja hari, menyengat kulit, membakar akal, menabur peluh, yang penuh penyeluruh membasuh tubuh...

Sontak irama pekik kata itu mengundang ku ke pelataran rumah reot kecil yang beratap serabut...

Menjajakan segelas air dengan tetesan embun dingin untuk ku hela seraya aku sandarkan tubuh pada batang pohon...

Imajinasiku meluas berbayang tentang asa tinggi yang ku damba pada hari pagi.

Namun senjaku terlanjur sudah meraja diri, kini aku hanya pria tua dengan cangkul dan sabit untuk kujadikan nasi...

Tinggal harapan kecil pada seonggok daging kurus yang menafkahi diri di padang padi...

Terimakasih tuhan engkau masih mengasihani si renta ini...
Categories:

0 komentar:

Posting Komentar

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!