Ku
gali lagi kotak memori saat lama itu, kini berlalu hanya menjadi kisah semu
berselimut bayang mu.
Mengungkap
kenangan yang tak pernah terungkap pada coretan tanpa tinta di buku diary
kosong.
Sulit
menerjemahkan rasa, seperti tak memiliki tapi begitu takut kehilangan.
Cinta,
pantaskah ku sebut dengan kata itu?
Rangkaian
huruf sakral terletak antara garis kebahagiaan dan jurang penderitaan.
Namun
siapa sangka jawaban dari suara lirihmu menerbitkan asa seperti fajar pada esok
pagi.
Relung
dalam hati yang bersorak tersipu, memfrasekan tiap bait puisi ini.
Mengamati
indah yang tak terlukis, namun tergambar wujudnya pada pipi merah mu.
Seperti
laut yang terpisah tanpa pantainya, seakan rasa tak percaya dengan lanjut
kalimat yang tiba tiba kau tuturkan.
Bak
dihujani ribuan tanda tanya kala engkau hanya berseru dengan kalimat yang sama.
Seketika
buta tak terjelaskan walau mencoba menerawang apa yang kamu sembunyikan.
Curiga
menghantui rasa takut pada alasan yang tak ingin ku dengar penjelasanya darimu.
Walau
hingga kini kamu tetap bungkam membiarkanku lumpuh akan keputusasaanku, aku
tetap mencintai
kamu.
0 komentar:
Posting Komentar