Sepenggal hujan tadi, banyak menyisakan arti. bahwa diri ini sudah tak lagi suci. aku mengerti sekali betapa bodohnya diri. siapa yang kau nodai tak lagi berarti. aku sendiri di sini terdiam hampa di kotak persegi.
Aku menanti, namun siapa yang perduli? diri ini bukan lagi diri, hanya wayang tanpa dalang. Aku harus apa? apa aku tanya mengapa? lalu siapa sudi berkata. aku hanya aku yang hanya butuh maaf, bagi yang punya berjuta maaf.
Hanya soal waktu, tak ada guna jika tersedu. sedikit harapan, seiring sisakehidupan. aku masih mencari surgamu, jika jujur adalah jalanmu, bukan hal tabu jika aku mengadu.
suara manis penuh penyesalan terlintas bersama angin malam. pecah keheningan itu menyisa syahdu. aku dirayu oleh dinginya kalbu, gelap yang mengukir sunyi terasa menusuk rusuk. jiwa ini di tengah dilema, apa dia bisa merasa?
Harapan lagi, ah lagi lagi harapan, jenuh ku palingkan wajah untuk penyair sepertimu. sudahlah pergi saja, tak cukupkah kau buat luka?
Aku menanti, namun siapa yang perduli? diri ini bukan lagi diri, hanya wayang tanpa dalang. Aku harus apa? apa aku tanya mengapa? lalu siapa sudi berkata. aku hanya aku yang hanya butuh maaf, bagi yang punya berjuta maaf.
Hanya soal waktu, tak ada guna jika tersedu. sedikit harapan, seiring sisakehidupan. aku masih mencari surgamu, jika jujur adalah jalanmu, bukan hal tabu jika aku mengadu.
suara manis penuh penyesalan terlintas bersama angin malam. pecah keheningan itu menyisa syahdu. aku dirayu oleh dinginya kalbu, gelap yang mengukir sunyi terasa menusuk rusuk. jiwa ini di tengah dilema, apa dia bisa merasa?
Harapan lagi, ah lagi lagi harapan, jenuh ku palingkan wajah untuk penyair sepertimu. sudahlah pergi saja, tak cukupkah kau buat luka?