punya teman makin kesini pada makin sombong,...
heran!! biarpun PINTER biarpun BISA biarpun PUNYA,.. apa pantas kita sombong? apakah orang lain akan berfikir kita hebat?
mungkin pengaruh hidup dikota yang sengit. semuanya serba bersaing. jadi sombong itu bukan hal tabu. bilangnya sih tdk sombong tapi dia tidak menyadari tingkahnya seperti sudah menggenggam jagat raya.
kata yang tepat harusnya bukan lagi "Diatas langit masih ada langit" tapi "apa yang didapat setelah sampai di pucuk pohon?"..
melihat keinginan manusia yang tanpa batas, seharusnya jangan di suguhkan kata2 di atas langit masih terdapat langit. maka sifat alami manusia akan timbul sesuatu keinginan yang lebih untuk menggapainya. yang tercipta bukan menuntaskan masalah ke angkuhan, yang ada malah sebaliknya.
bagaimana dengan kata "apa yang didapat di pucuk pohon?". seolah keinginan manusia yang terus meningkat tanpa batas, bisa di pagari oleh kata "apa yang didapat" sehingga mereka akan berfikir berulang ulang.
memang benar bahwa kita tidak akan mendapatkan apapun selain kepuasan batiniah, namun apalah arti sampai dipucuk jika pucuk itu hanya bisa menopang 1 orang? apalah arti kita menang dengan kesendirian,?
apa kita bisa berbagi cerita cerita kita dengan dgn orang lain? .ya.. tentu bisa
namun pertanyaanya sebagai apa orang lain itu mau mendengarkan kita? apa kalian senang jika orang lain itu mendengarkan kita karna tertarik dengan kemampuanmu? kepunyaanmu? kepintaranmu?
lalu apa yang kalian harapkan dari kesombongan?...
berfikirlah jauh lebih jauh kedalam lagi....
#"menghujat tak akan membuatku lebih baik dari kalian, tapi dengan kritik dari kalian dan terus intropeksi aku selalu berusaha untuk menjadi seorang nyaman"#
heran!! biarpun PINTER biarpun BISA biarpun PUNYA,.. apa pantas kita sombong? apakah orang lain akan berfikir kita hebat?
mungkin pengaruh hidup dikota yang sengit. semuanya serba bersaing. jadi sombong itu bukan hal tabu. bilangnya sih tdk sombong tapi dia tidak menyadari tingkahnya seperti sudah menggenggam jagat raya.
kata yang tepat harusnya bukan lagi "Diatas langit masih ada langit" tapi "apa yang didapat setelah sampai di pucuk pohon?"..
melihat keinginan manusia yang tanpa batas, seharusnya jangan di suguhkan kata2 di atas langit masih terdapat langit. maka sifat alami manusia akan timbul sesuatu keinginan yang lebih untuk menggapainya. yang tercipta bukan menuntaskan masalah ke angkuhan, yang ada malah sebaliknya.
bagaimana dengan kata "apa yang didapat di pucuk pohon?". seolah keinginan manusia yang terus meningkat tanpa batas, bisa di pagari oleh kata "apa yang didapat" sehingga mereka akan berfikir berulang ulang.
memang benar bahwa kita tidak akan mendapatkan apapun selain kepuasan batiniah, namun apalah arti sampai dipucuk jika pucuk itu hanya bisa menopang 1 orang? apalah arti kita menang dengan kesendirian,?
apa kita bisa berbagi cerita cerita kita dengan dgn orang lain? .ya.. tentu bisa
namun pertanyaanya sebagai apa orang lain itu mau mendengarkan kita? apa kalian senang jika orang lain itu mendengarkan kita karna tertarik dengan kemampuanmu? kepunyaanmu? kepintaranmu?
lalu apa yang kalian harapkan dari kesombongan?...
berfikirlah jauh lebih jauh kedalam lagi....
#"menghujat tak akan membuatku lebih baik dari kalian, tapi dengan kritik dari kalian dan terus intropeksi aku selalu berusaha untuk menjadi seorang nyaman"#
0 komentar:
Posting Komentar